Daerah pesisir pantai adalah wilayah batas antara daratan dan laut, dimana wilayah daratan masih dipengaruhi oleh proses-proses dari laut meliputi pasang-surut, gelombang, angin laut dan intrusi air laut dan wilayah laut masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah dari daratan meliputi sedimentas dan masukan air tawar. Fungsi utama dari wilayah pesisir pantai adalah sebagai sumber dari sumberdaya alam, penerima limbah dari daratan, aktifitas ekonomi pendukung kehidupan dan penyedia nilai estetika. Berdasarkan wilayah dan fungsi dari pesisir pantai maka sudah dapat dipastikan bahwa Manajemen Estuari dan Pesisir Pantai merupakan suatu aktifikas manajemen dimana disain, perencanaan, strategi, pendekatan dan metode dari usaha untuk menata pesisir pantai sangatlah kompleks.
Prinsip sederhana dalam Manajemen Estuari dan Pesisir Pantai adalah bagaimana memanfaatkan wilayah ini untuk kepentingan manusia dengan tetap mempertahankan kondisi fungsi ekologi alamiah pesisir pantai beserta sumberdaya alam yang menempatinya. Fungsi ekologi yang dimaksud adalah interaksi antar organisme dengan ekosistem dalam habitatnya. Oleh karena itu jika terjadi gangguan fungsi ekologi maka telah terjadi perubahan salah satu atau lebih parameter fisik, kimia dan biologi di wilayah pesisir pantai.
Pemanfaatan teknologi pemodelan untuk membantu usaha manajemen estuari dan pesisir pantai adalah dengan cara memetakan interakasi dari perubahan parameter fisik, kimia dan biologi yang mengganggu fungsi ekologi pesisir pantai. Secara lebih mendetail, keuntungan dari pemanfaatan teknologi pemodelan untuk manajemen estuari dan pesisir pantai adalah sebagai berikut:
- Pemodelan dapat digunakan untuk memprediksi secara aktual respon fisik, kimia dan biologi perairan dari skenario manajemen estuari dan pesisir pantai.
- Pemodelan dapat memberikan gambaran dampak perubahan kondisi lingkungan dari kebijakan manajemen pesisir yang diambil.
- Pemodelan dapat membantu dalam usaha untuk manajemen kualitas perairan sebagai bagian penting dari manajemen estuari dan pesisir pantai.
- Pemodelan dapat membantu untuk membangun pemahaman bagi pelaku manajemen pesisir dari berbagai macam proses fisik, kimia dan biologi di perairan.
- Pemodelan dapat membantu dalam membangun perencanaan manajemen perairan di pesisir pantai.
Pendekatan yang dilakukan untuk memodelkan proses interaksi fungsi ekologis dalam mendukung aktifitas manajemen estuari dan pesisir pantai adalah melalui pendekatan perubahan indikator. Indikator yang digunakan terdiri dari dua yaitu Indikator Bio-fisik dan indikator Tekanan Manusia. Indikator ini digunakan untuk menginisialisasikan dan mengidentifikasikan dua hal yaitu Isu-isu Pesisir dan Konsekuensi Nilai Ekonomi. Indikator Bio-fisik dan Indikator Tekanan Manusia dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
INDIKATOR BIO-FISIK PESISIR |
|||
Kualitas Perairan |
Kualitas Sedimen |
Kualitas Habitat |
Kualitas Bentik |
Chlorophyll a |
Benthic CO2 flux |
Beach & dune indicators |
Benthic invertebrates |
CO2 partial pressure |
Denitrification efficiency |
Changes in mangrove areas |
Diatom species composition |
Dissolved oxygen |
Metal contaminants |
Changes in salt marsh areas |
Fish assemblages |
Marine pathogens |
Organic matter & nutrients |
Changes in seagrass areas |
Hermit crabs |
Metal contaminants |
Sediment P/R ratio |
Changes in wetland coverage |
Imposex frequency |
pH |
Sedimentation rates |
Index of habitat variability |
Intertidal invertebrates |
Salinity |
Sediment TOC:TS ratios |
Isohaline position |
Macroalgal indicators |
Toxicants |
Maturity index & lifespan |
Seagrass species |
|
Water column nutrients |
|
|
Shorebird counts |
Water temperature |
|
|
|
INDIKATOR TEKANAN MANUSIA |
|||
Agricultural |
Industrial |
Urban |
Catchment condition |
Impoundment density |
Aquaculture pressure |
Coastal discharges |
Catchment condition index |
Percent of agriculture on steep slopes |
Coastal tourism |
Coastal population |
Native vegetation extent |
Percent of agricultural land area |
Fishing pressure |
Nutrient point source hazard |
Rivers in acid hazard |
Pesticide hazard |
Industrial point source hazard |
Stormwater discharges |
|
Rivers through forest |
Shipping, boating and yachting |
|
|
Inisialisasi dan identifikasi Isu-isu Pesisir dan Konsekuensi Nilai Ekonomi dari permasalahan yang mungkin timbul dalam melakukan aktifitas manajemen estuari dan pesisir pantai adalah sebagai berikut:
ISU-ISU PESISIR |
KONSEKUENSI NILAI EKONOMI |
||
Declining water quality |
Climate change |
Habitat/species alterations |
|
Acid sulfate soils |
Beach erosion |
Beach erosion |
Acid sulfate soils |
Algal blooms |
Climate change |
Biodiversity |
Algal blooms |
Anoxic and hypoxic events |
Global warming |
Habitat loss |
Commercial fisheries |
Eutrophication |
Ocean acidification |
Hydrodynamic alteration |
Declining biodiversity |
Fine sediment loads |
Saline intrusion |
Marine pest invasions |
Human-made capital |
Fish kills |
Sea level rise |
|
Mangrove removal |
Freshwater flows |
Vector borne diseases |
|
Marine pest invasions |
Shellfish quality & closure |
|
|
Recreational fisheries |
Jika kajian dengan menggunakan pemodelan dilibatkan dalam penyusunan strategi manajemen estuari dan pesisir pantai maka pendekatan pemodelan dimulai dari pembangunan skenario Indikator Tekanan Manusia dengan kemungkinan dampaknya, kemudian dengan menggunakan model, diuji perubahan-perubahan nilai-nilai parameter Indikator Bio-fisik untuk mengetahui ambang batas akibat dari tekanan/aktifitas manusia, sehingga dapat mengantisipasi munculnya dampak dari Isu-isu Pesisir dan Konsekuensi Nilai Ekonomi. Kondisi sebaliknya jika di suatu perairan pesisir telah muncul kejadian dari Isu-isu Pesisir maka pemodelan berperan untuk mengidentifikasikan Indikator Tekanan Manusia mana yang menyebabkan munculnya isu tersebut terjadi dengan cara mensimulasikan parameter-parameter Indikator Bio-fisik. Aplikasi pemodelan yang dapat diterapkan dari manajemen estuari dan pesisir pantai dapat dilihat pada menu yang terdapat di bagian kanan.